Buku yang secara komprensif memuat sejarah perkembangan otomotif di Indonesia, buku berbahasa Belanda berjudul Kereta Setan atau De duivelswagen, autopioniers van Insulinde, karya F.F. Habnit, tebitan Tong Tong, Den Haag, 1977, bercerita bahwa keberadaan mobil di Indonesia dimulai pada tahun 1894.
Tahun itu, untuk pertama kalinya, sebuah mobil tiba di Indonesia. Mobil bermerk Phaeton-Benz buatan Karl Benz Jerman bermesin 2.000 cc satu silinder dengan tenaga 5 PK itu tiba di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya pada tahun 1894. Istilah Phaeton menunjuk pada sistem atap yang menggunakan atap terpal (tentwagen).
● Siapa Pemiliknya Tahun 1984 ●
Mobil itu adalah pesanan Sunan Surakarta waktu itu, Pakubuwono X (memerintah Surakarta 1893-1939).
Harga satu unit mobil itu adalah 10.000 gulden. Dengan demikian, Sunan Solo adalah orang pertama di Indonesia yang memiliki mobil. Hal itu dimungkinkan mengingat Sunan Solo waktu itu adalah raja yang mempunyai perhatian yang tinggi terhadap perkembangan teknologi serta gemar bepergian. Pada tahun itu, masih banyak raja atau kepala negara di dunia yang belum mempunyai kendaraan bermesin, bahkan di negerinya sendiri, Belanda yang menjajah Indonesia, waktu itu belum mempunyai mobil. Baru pada tahun 1896, dua tahun kemudian, Belanda mempunyai mobil pertamanya. Waktu itu pembuatan satu unit mobil memerlukan waktu satu tahun.
● TAHUN 1902 ●
Pada 1902, mobil pertama hadir di Pulau Sumatera. Mobil itu adalah Benz milik Prof Dr W Schrüffner di Medan, yang kemudian menjadi Kepala Deli Automobile Club. Mobil Benz itu bermesin 2-silinder, berpendingin air, bertenaga 5 hp. Lampu depannya menggunakan sepasang lentera. Prof Dr W Schrüffner membeli mobil Benz-nya yang kedua pada 1910, yakni sebuah Benz Persival, sedangkan British Daimler yang bertenaga 38 hp dimiliki FA Folkersma di pabrik gula Ketanen, Gempolkerep, Mojokerto, Jawa Timur.
● TAHUN 1904 ●
Ada juga orang Indonesia yang lain, sebagai pemilik mobil pertama untuk daerahnya, di Pekalongan. Namanya Raden Mas Ario Tjondro, Bupati Berebes. Di tahun 1904 mobilnya sudah kelihatan mondar-mandir di kotanya. Mobilnya merk Orient Backboard, mobil ini dilengkapi dengan persneling maju dan mundur. Tetapi hanya memiliki satu silinder dan berkekuatan delapan PK, serta menggunakan tenaga rantai untuk menggerakan roda-rodanya.
● TAHUN 1907 ●
Pada tahun 1907 salah seorang keluarga raja lain di Solo, Kanjeng Raden Sosrodiningrat membeli sebuah mobil merk Daimler. Mobil merk ini memang tergolong mobil mahal dan hanya dimiliki oleh orang-orang berkedudukan tinggi. Mobil ini bekerja dengan empat silinder sama dengan kendaraan yang dipakai oleh Gubernur Jenderal di Batavia. Malahan ada kabar burung, bahwa dibelinya mobil Daimler tersebut oleh keluarga PB X Surakarta, disebabkan karena PB X tidak mau kalah gengsi dengan Gubernur Jenderal. Sebelumnya, ketika Gubernur masih menggunakan mobil merk Fiat atau sebuah kereta yang ditarik dengan 40 ekor kuda, tidak seorang pun berani menyainginya. Tetapi tiba-tiba saja PB X Solo memesan mobil dari pabrik dan merk yang sama, Kanjeng Raden Sosrodiningrat memesan mobil Daimlernya lewat Prottel & Co.
● TAHUN 1913 ●
Orang Indonesia lainnya yang juga dari keluarga kesultanan yang memiliki mobil pribadi ialah Sultan Ternate pada tahun 1913. Keinginannya untuk memiliki dan mengendarai sendiri ‘kereta setan, setelah merasakan nikmatnya duduk di kendaraan merk King Dick yang dibawa oleh seorang Belanda dalam perjalanan keliling Maluku.
Sultan begitu terkesan dan langsung memesan sebuah mobil yang disesuaikan dengan kondisi daerahnya, tidak seperti King Dick yang beroda tiga, tetapi Sultan Ternate menginginkan kendaraan roda empat yang bisa dibawa kemana saja bila ia inginkan. Ramainya pasar jual-beli mobil, menggugah minat para pengusaha kuat untuk bertindak sebagai importir mobil. Gagasan untuk terjun ke dalam dunia dagang sektor impor kurun waktu itu memang masih sangat langka. Disamping belum adanya kepastian hukum, juga semangat beli masih bisa dihitung dengan jari. Maka bermunculanlah perusahan-perusahaan baru yang menjanjikan jasa kepengurusan pengiriman mobil dari negeri asal. Baik dari Eropa maupun dari Amerika. Namun hanya ada beberapa nama saja yang bisa bertahan sampai tahun-tahun menjelang Perang Dunia ke II. Diantara mereka adalah R.S Stockvis & Zonnen Ltd, yang tidak saja mengurus pesanan mobil-mobil Eropa maupun Amerika tetapi juga menyediakan suku-suku cadang lain yang diperlukan untuk mobil dan motor.
Juga nama Verwey & Lugard dan Velodrome yang berkantor pusat di Surabaya.
Repost dari https://www.facebook.com/Anti.emooooo
Tahun itu, untuk pertama kalinya, sebuah mobil tiba di Indonesia. Mobil bermerk Phaeton-Benz buatan Karl Benz Jerman bermesin 2.000 cc satu silinder dengan tenaga 5 PK itu tiba di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya pada tahun 1894. Istilah Phaeton menunjuk pada sistem atap yang menggunakan atap terpal (tentwagen).
● Siapa Pemiliknya Tahun 1984 ●
Mobil itu adalah pesanan Sunan Surakarta waktu itu, Pakubuwono X (memerintah Surakarta 1893-1939).
Harga satu unit mobil itu adalah 10.000 gulden. Dengan demikian, Sunan Solo adalah orang pertama di Indonesia yang memiliki mobil. Hal itu dimungkinkan mengingat Sunan Solo waktu itu adalah raja yang mempunyai perhatian yang tinggi terhadap perkembangan teknologi serta gemar bepergian. Pada tahun itu, masih banyak raja atau kepala negara di dunia yang belum mempunyai kendaraan bermesin, bahkan di negerinya sendiri, Belanda yang menjajah Indonesia, waktu itu belum mempunyai mobil. Baru pada tahun 1896, dua tahun kemudian, Belanda mempunyai mobil pertamanya. Waktu itu pembuatan satu unit mobil memerlukan waktu satu tahun.
● TAHUN 1902 ●
Pada 1902, mobil pertama hadir di Pulau Sumatera. Mobil itu adalah Benz milik Prof Dr W Schrüffner di Medan, yang kemudian menjadi Kepala Deli Automobile Club. Mobil Benz itu bermesin 2-silinder, berpendingin air, bertenaga 5 hp. Lampu depannya menggunakan sepasang lentera. Prof Dr W Schrüffner membeli mobil Benz-nya yang kedua pada 1910, yakni sebuah Benz Persival, sedangkan British Daimler yang bertenaga 38 hp dimiliki FA Folkersma di pabrik gula Ketanen, Gempolkerep, Mojokerto, Jawa Timur.
● TAHUN 1904 ●
Ada juga orang Indonesia yang lain, sebagai pemilik mobil pertama untuk daerahnya, di Pekalongan. Namanya Raden Mas Ario Tjondro, Bupati Berebes. Di tahun 1904 mobilnya sudah kelihatan mondar-mandir di kotanya. Mobilnya merk Orient Backboard, mobil ini dilengkapi dengan persneling maju dan mundur. Tetapi hanya memiliki satu silinder dan berkekuatan delapan PK, serta menggunakan tenaga rantai untuk menggerakan roda-rodanya.
● TAHUN 1907 ●
Pada tahun 1907 salah seorang keluarga raja lain di Solo, Kanjeng Raden Sosrodiningrat membeli sebuah mobil merk Daimler. Mobil merk ini memang tergolong mobil mahal dan hanya dimiliki oleh orang-orang berkedudukan tinggi. Mobil ini bekerja dengan empat silinder sama dengan kendaraan yang dipakai oleh Gubernur Jenderal di Batavia. Malahan ada kabar burung, bahwa dibelinya mobil Daimler tersebut oleh keluarga PB X Surakarta, disebabkan karena PB X tidak mau kalah gengsi dengan Gubernur Jenderal. Sebelumnya, ketika Gubernur masih menggunakan mobil merk Fiat atau sebuah kereta yang ditarik dengan 40 ekor kuda, tidak seorang pun berani menyainginya. Tetapi tiba-tiba saja PB X Solo memesan mobil dari pabrik dan merk yang sama, Kanjeng Raden Sosrodiningrat memesan mobil Daimlernya lewat Prottel & Co.
● TAHUN 1913 ●
Orang Indonesia lainnya yang juga dari keluarga kesultanan yang memiliki mobil pribadi ialah Sultan Ternate pada tahun 1913. Keinginannya untuk memiliki dan mengendarai sendiri ‘kereta setan, setelah merasakan nikmatnya duduk di kendaraan merk King Dick yang dibawa oleh seorang Belanda dalam perjalanan keliling Maluku.
Sultan begitu terkesan dan langsung memesan sebuah mobil yang disesuaikan dengan kondisi daerahnya, tidak seperti King Dick yang beroda tiga, tetapi Sultan Ternate menginginkan kendaraan roda empat yang bisa dibawa kemana saja bila ia inginkan. Ramainya pasar jual-beli mobil, menggugah minat para pengusaha kuat untuk bertindak sebagai importir mobil. Gagasan untuk terjun ke dalam dunia dagang sektor impor kurun waktu itu memang masih sangat langka. Disamping belum adanya kepastian hukum, juga semangat beli masih bisa dihitung dengan jari. Maka bermunculanlah perusahan-perusahaan baru yang menjanjikan jasa kepengurusan pengiriman mobil dari negeri asal. Baik dari Eropa maupun dari Amerika. Namun hanya ada beberapa nama saja yang bisa bertahan sampai tahun-tahun menjelang Perang Dunia ke II. Diantara mereka adalah R.S Stockvis & Zonnen Ltd, yang tidak saja mengurus pesanan mobil-mobil Eropa maupun Amerika tetapi juga menyediakan suku-suku cadang lain yang diperlukan untuk mobil dan motor.
Juga nama Verwey & Lugard dan Velodrome yang berkantor pusat di Surabaya.
Repost dari https://www.facebook.com/Anti.emooooo
Post A Comment:
0 comments: