MOBIL BEKAS : Bulan Ramadhan telah tiba, yang kemudian disusul tradisi mudik Lebaran bagi sebagian masyarakat Indonesia. Setiap tahun jutaan pemudik memilih kendaraan mobil pribadi untuk berlebaran di kampung halaman.
Namun sebelum menempuh perjalanan jauh, sebaiknya pemudik mengecek kondisi ban. Jangan pernah berfikir, 'ah masih bagus bannya'. Meski terlihat bagus, ban juga punya tingkat keausan. Ban yang aus membuat jarak pengereman lebih jauh di jalan basah.
Apalagi saat melewati trek basah, berkendara dengan cepat saat ban haus akan mengakibatkan hydroplaning. Air hujan membentuk lapisan jalan antara ban dan permukaan jalan, mengangkat ban dari permukaan jalan, sehingga membuat pengendalian dan pengereman tidak efektif.
Jika Anda ingin mudik waspadai terhadap ban yang sudah aus. Walaupun hanya tapak ban terlihat satu tanda aus, dapat menjadi satu tanda bahaya. Tanda keausan akan terlihat jika sisi tinggi kembang sekitar 1.6 mm. Jangan pernah memakai ban ketika TWI/tanda aus sudah terlihat.
Ada tiga hal penting yang harus diperiksa pada ban. Pertama kedalaman alur. Jika pengereman di permukaan jalan basah akan lebih panjang saat Anda berkendara menggunakan ban aus, dan juga terdapat beberapa kerusakan pada tapak.
Kedua, kerusakan atau sobekan sekecil apapun pada ban dapat mengakibatkan ban meletus atau pecah. Yang ketiga ceklagi, apakah ada keretakan. Jika terdapat kerusakan, khususnya di bagian samping, segeralah ganti dengan ban baru.
Perbandingan jarak pengereman antara ban baru dan aus jauh berbeda. Dalam pengereman kecepatan dan titik pengereman yang sama terdapat perbedaan jarak pengereman yang cukup penting. Misalnya, dalam kecepatan 90 km/jam, maka pengereman berhenti (stop position) antara ban aud dan baru jaraknya hampir satu mobil.
Lantas apa yang menyebabkan aus tidak merata pada ban? Hal ini biasa terjadi saat tekanan angin tidak tepat. Contohnya, keausan di tengah menunjukkan bahwa tekanan angin terlalu tinggi, yang menyebabkan pemakaian berlebih pada kembangan bagian tengah. Sementara keausan di bahu (2 sisi) akibat tekanan angin terlalu rendah, sehingga pemakaian berlebih pada kembangan bagian samping.
Keausan bagian bahu menunjukkan ketidakwajaran. Keausan satu sisi terjadi jika ban tidak spooring dan rotasi secara teratur. Ban seharusnya dirotasi jika sudah menempuh jarak 5.000 km untuk mencegah keausan yang tidak wajar, sekaligus memperpanjang usia pemakaiannya
Namun sebelum menempuh perjalanan jauh, sebaiknya pemudik mengecek kondisi ban. Jangan pernah berfikir, 'ah masih bagus bannya'. Meski terlihat bagus, ban juga punya tingkat keausan. Ban yang aus membuat jarak pengereman lebih jauh di jalan basah.
Apalagi saat melewati trek basah, berkendara dengan cepat saat ban haus akan mengakibatkan hydroplaning. Air hujan membentuk lapisan jalan antara ban dan permukaan jalan, mengangkat ban dari permukaan jalan, sehingga membuat pengendalian dan pengereman tidak efektif.
Jika Anda ingin mudik waspadai terhadap ban yang sudah aus. Walaupun hanya tapak ban terlihat satu tanda aus, dapat menjadi satu tanda bahaya. Tanda keausan akan terlihat jika sisi tinggi kembang sekitar 1.6 mm. Jangan pernah memakai ban ketika TWI/tanda aus sudah terlihat.
Tips Mudik Lebaran Dengan Google Maps
Ada tiga hal penting yang harus diperiksa pada ban. Pertama kedalaman alur. Jika pengereman di permukaan jalan basah akan lebih panjang saat Anda berkendara menggunakan ban aus, dan juga terdapat beberapa kerusakan pada tapak.
Kedua, kerusakan atau sobekan sekecil apapun pada ban dapat mengakibatkan ban meletus atau pecah. Yang ketiga ceklagi, apakah ada keretakan. Jika terdapat kerusakan, khususnya di bagian samping, segeralah ganti dengan ban baru.
Perbandingan jarak pengereman antara ban baru dan aus jauh berbeda. Dalam pengereman kecepatan dan titik pengereman yang sama terdapat perbedaan jarak pengereman yang cukup penting. Misalnya, dalam kecepatan 90 km/jam, maka pengereman berhenti (stop position) antara ban aud dan baru jaraknya hampir satu mobil.
Lantas apa yang menyebabkan aus tidak merata pada ban? Hal ini biasa terjadi saat tekanan angin tidak tepat. Contohnya, keausan di tengah menunjukkan bahwa tekanan angin terlalu tinggi, yang menyebabkan pemakaian berlebih pada kembangan bagian tengah. Sementara keausan di bahu (2 sisi) akibat tekanan angin terlalu rendah, sehingga pemakaian berlebih pada kembangan bagian samping.
Keausan bagian bahu menunjukkan ketidakwajaran. Keausan satu sisi terjadi jika ban tidak spooring dan rotasi secara teratur. Ban seharusnya dirotasi jika sudah menempuh jarak 5.000 km untuk mencegah keausan yang tidak wajar, sekaligus memperpanjang usia pemakaiannya
Post A Comment:
0 comments: