Bingung Mau Ngasih Uang Jajan Anak Berapa? Baca Dulu Tipsnya - Para orangtua pasti kerap dibuat bingung menentukan uang jajan atau uang saku anak. Berapa sih besaran yang wajar? Perencanaan keuangan ini sangat penting karena menyangkut kebutuhan anak di sekolah.
Belum lama ini beredar video uang jajan Rafathar Malik Ahmad, putra dari pasangan kaya raya Raffi Ahmad dan Nagita Slavina sebesar Rp100 ribu. Tentu saja hal ini langsung mengundang banjir komentar dari netizen, mulai dari kritikan sampai nyinyiran.
Pada dasarnya setiap orangtua punya gaya dan caranya sendiri untuk mengajarkan soal uang kepada si anak. Toh merekalah yang tahu betul kebutuhan sang anak, termasuk karakternya. Apakah si anak tipe yang penurut atau justru ambekan. Setiap kemauannya harus dituruti.
Nah, kalau Anda sebagai orangtua masih bingung menentukan besaran uang jajan yang ideal untuk anak SD, SMP, SMA, dan kuliah, simak beberapa tips berikut ini dari Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE), Andy Nugroho kepada Cermati.com.
Untuk menentukan besaran uang jajan, orangtua sebaiknya menyusun dan menghitung dulu apa saja kebutuhan maupun komponen yang akan masuk dalam uang jajan tersebut. Apakah hanya untuk membeli makanan saja, apakah ditambah komponen lain, seperti transport pulang pergi, fotokopi, beli buku, sampai pulsa atau kuota internet/game.
Tipe orangtua macam-macam. Ada yang memberikan uang jajan dan keperluan lain terpisah, ada juga tipe yang tidak mau ribet mengurus printilan. Jadi memberikannya borongan, sekaligus. Sehingga si anak mempunyai tanggung jawab untuk membagi dan mengatur keuangannya.
Orangtua juga perlu memahami situasi dan kondisi sekitar sekolah. Zaman sekarang "status sosial" sekolah ikut berpengaruh terhadap harga-harga jajanan di sekolah. Semakin tinggi prestige sekolah tersebut, kadang membuat harga-harga makanan di sekitarnya makin mahal.
Misalnya sekolah di SMA favorit, berlokasi di Menteng, Jakarta Pusat. Daerah tersebut termasuk kawasan elit, sehingga harga-harga jajanan pun mahal. Kecuali di kantin sekolah, penjual pasti memasang harga pas untuk para siswa.
Cermati.com mencoba mengilustrasikan besaran uang jajan tanpa ongkos trasportasi atau keperluan lain:
Anak masih SD. Berangkat dan pulang sekolah diantar jemput. Anda membawakan bekal untuk makan siang. Tapi juga memberikan uang jajan untuk berjaga-jaga. Berarti asumsinya, si anak makan bekal, kemudian uang hanya untuk beli makanan ringan.
Harga snack= Rp2.000-Rp5.000
Sebetulnya untuk anak SD, uang jajan Rp5.000-Rp10.000 sudah termasuk wajar. Apalagi anak SD biasanya sekolah hanya setengah hari, dan belum banyak aktivitas tambahan seperti les maupun ekstrakulikuler.
Tapi jika ada les maupun ekskul, tambahan uang jajan untuk makan sebesar Rp10.000. Jadi uang jajan anak SD sekitar Rp15.000-Rp20.000. Ini beda lagi kalau anak Anda sudah SMP, SMA atau kuliah.
Di bangku SMP misalnya. Anak SMP biasanya sudah mulai malu membawa bekal dari rumah. Aktivitas belajar mengajar pun hingga sore hari. Jadi asumsi perhitungan uang jajannya per hari, di luar ongkos transportasi:
Makan siang = Rp15.000-Rp20.000
Jajan kalau ada les atau ekskul = Rp10.000-Rp15.000.
Total uang jajan saja untuk anak SMP = Rp25.000-Rp35.000
Untuk anak SMA, Anda dapat menaikkannya sekitar Rp10.000-Rp15.000 dari perkiraan uang jajan SMP. Dengan begitu totalnya sekitar Rp35.000-Rp50.000.
Ketika kuliah, kalau dihitung per harinya, perkiraannya biaya makan siang pasti lebih mahal di lingkungan kampus = Rp25.000-Rp30.000. Asumsi uang jajan anak kuliahan Rp50.000-Rp80.000. Syukur-syukur anak bisa hemat, jajan di warung makan yang menawarkan harga mahasiswa.
"Untuk besarannya, tergantung pendidikan sih. Kebutuhannya kan pasti berbeda. Makin tinggi jenjangnya, kebutuhan makin banyak. Melihat juga situasi dan gaya hidupnya seperti apa," kata Andy.
Setelah menghitung, orangtua kemudian membuat kesepakatan dengan si anak. Apakah uang jajan ini diberikan setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. Ajak anak berdiskusi soal ini, agar anak merasa dihargai dan merangsangnya untuk berpikir dan menyampaikan pendapat. Si anak diberikan kebebasan untuk memutuskan.
Misalnya anak SD masih diberikan uang jajan setiap hari. Tapi kalau sudah SMP, SMA, dan kuliah, saran Andy, lebih baik bulanan saja. "Hal ini bisa melatih si anak ketika nanti sudah bekerja dan mencari penghasilan sendiri, dia sudah belajar mengatur keuangan setiap bulan. Jadi gak kaget lagi nantinya," Andy mengimbau.
Zaman serba canggih, transaksi dengan uang tunai semakin susut. Generasi muda kini lebih mengandalkan dompet digital, seperti OVO, Gopay, DANA, dan aplikasi e-wallet lainnya untuk membeli makanan dan minuman. Lebih praktis.
Orangtua bisa memanfaatkan aplikasi dompet digital tersebut untuk pemberian uang jajan. Uang ditransfer ke rekening dompet digital anak. Kan lumayan tuh bisa dapat promo cashback, diskon, jadi lebih hemat. Butuh transportasi ke sekolah juga tinggal pesan ojek online. Bayarnya pakai dompet digital.
Tapi sebaliknya akan ada punishment jika peringkat jeblok, berbuat onar di sekolah, atau hal-hal merugikan lain. Seperti risiko tidak dapat uang jajan, hanya bawa bekal dari rumah.
Punishment semacam ini dapat memberi pelajaran kepada anak, bahwa dalam dunia kerja nantinya juga demikian. Yang berprestasi akan diberi penghargaan, dan yang malas akan mendapat hukuman atau sanksi.
Kids zaman now kerap merengek minta kuota internet atau voucher game. Terkadang mereka juga rela tidak jajan, tapi uangnya bukan ditabung, malah dipakai beli kuota game. Bahkan main video game di warnet sampai berjam-jam.
Anda sebagai orangtua wajib mengingatkan, memberi pengertian kepada anak agar uang jajan jatah mereka jangan dihabiskan untuk sesuatu hal yang tidak berguna.
Jika Anda orangtua yang tajir, bergelimang harta atau berkecukupan, ajarkan anak untuk hidup sederhana. Misalnya saja mengajarkan anak naik angkot ke sekolah, tidak menggunakan barang-barang mewah ke sekolah, dan sebagainya.
Namanya anak, sudah dikasih uang jajan sekian per bulan misalnya, kadang habis sebelum waktunya. Di pertengahan bulan, sudah merengek minta tambahan uang jajan. Dalam hal ini, orangtua tidak mesti keukeh dengan tega membiarkan anak sekolah tanpa uang jajan.
Mungkin bisa diberi shock therapy ke anak. Contohnya, begitu minta duit tambahan, Anda tidak memberikan uang dulu, cuma dibawakan bekal. Begitu hari berikutnya, baru dikasih uang jajan lagi. Kemudian bisa keluarkan gertakan kecil, "kalau habis lagi sebelum waktunya, gak ada uang tambahan lagi."
Tugas orangtua adalah mengajarkan, membimbing, mengarahkan, dan memberikan pengertian kepada anak bahwa mengatur keuangan, termasuk uang jajan sangat penting. Hal ini bisa menjadi bekal untuk memasuki kehidupan kerja dan berumah tangga ke depan.
Belum lama ini beredar video uang jajan Rafathar Malik Ahmad, putra dari pasangan kaya raya Raffi Ahmad dan Nagita Slavina sebesar Rp100 ribu. Tentu saja hal ini langsung mengundang banjir komentar dari netizen, mulai dari kritikan sampai nyinyiran.
Pada dasarnya setiap orangtua punya gaya dan caranya sendiri untuk mengajarkan soal uang kepada si anak. Toh merekalah yang tahu betul kebutuhan sang anak, termasuk karakternya. Apakah si anak tipe yang penurut atau justru ambekan. Setiap kemauannya harus dituruti.
Nah, kalau Anda sebagai orangtua masih bingung menentukan besaran uang jajan yang ideal untuk anak SD, SMP, SMA, dan kuliah, simak beberapa tips berikut ini dari Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE), Andy Nugroho kepada Cermati.com.
1. Hitung kebutuhan anak
Untuk menentukan besaran uang jajan, orangtua sebaiknya menyusun dan menghitung dulu apa saja kebutuhan maupun komponen yang akan masuk dalam uang jajan tersebut. Apakah hanya untuk membeli makanan saja, apakah ditambah komponen lain, seperti transport pulang pergi, fotokopi, beli buku, sampai pulsa atau kuota internet/game.
Tipe orangtua macam-macam. Ada yang memberikan uang jajan dan keperluan lain terpisah, ada juga tipe yang tidak mau ribet mengurus printilan. Jadi memberikannya borongan, sekaligus. Sehingga si anak mempunyai tanggung jawab untuk membagi dan mengatur keuangannya.
2. Lihat situasi dan kondisinya
Orangtua juga perlu memahami situasi dan kondisi sekitar sekolah. Zaman sekarang "status sosial" sekolah ikut berpengaruh terhadap harga-harga jajanan di sekolah. Semakin tinggi prestige sekolah tersebut, kadang membuat harga-harga makanan di sekitarnya makin mahal.
Misalnya sekolah di SMA favorit, berlokasi di Menteng, Jakarta Pusat. Daerah tersebut termasuk kawasan elit, sehingga harga-harga jajanan pun mahal. Kecuali di kantin sekolah, penjual pasti memasang harga pas untuk para siswa.
Cermati.com mencoba mengilustrasikan besaran uang jajan tanpa ongkos trasportasi atau keperluan lain:
Anak masih SD. Berangkat dan pulang sekolah diantar jemput. Anda membawakan bekal untuk makan siang. Tapi juga memberikan uang jajan untuk berjaga-jaga. Berarti asumsinya, si anak makan bekal, kemudian uang hanya untuk beli makanan ringan.
Harga snack= Rp2.000-Rp5.000
Sebetulnya untuk anak SD, uang jajan Rp5.000-Rp10.000 sudah termasuk wajar. Apalagi anak SD biasanya sekolah hanya setengah hari, dan belum banyak aktivitas tambahan seperti les maupun ekstrakulikuler.
Tapi jika ada les maupun ekskul, tambahan uang jajan untuk makan sebesar Rp10.000. Jadi uang jajan anak SD sekitar Rp15.000-Rp20.000. Ini beda lagi kalau anak Anda sudah SMP, SMA atau kuliah.
Di bangku SMP misalnya. Anak SMP biasanya sudah mulai malu membawa bekal dari rumah. Aktivitas belajar mengajar pun hingga sore hari. Jadi asumsi perhitungan uang jajannya per hari, di luar ongkos transportasi:
Makan siang = Rp15.000-Rp20.000
Jajan kalau ada les atau ekskul = Rp10.000-Rp15.000.
Total uang jajan saja untuk anak SMP = Rp25.000-Rp35.000
Untuk anak SMA, Anda dapat menaikkannya sekitar Rp10.000-Rp15.000 dari perkiraan uang jajan SMP. Dengan begitu totalnya sekitar Rp35.000-Rp50.000.
Ketika kuliah, kalau dihitung per harinya, perkiraannya biaya makan siang pasti lebih mahal di lingkungan kampus = Rp25.000-Rp30.000. Asumsi uang jajan anak kuliahan Rp50.000-Rp80.000. Syukur-syukur anak bisa hemat, jajan di warung makan yang menawarkan harga mahasiswa.
"Untuk besarannya, tergantung pendidikan sih. Kebutuhannya kan pasti berbeda. Makin tinggi jenjangnya, kebutuhan makin banyak. Melihat juga situasi dan gaya hidupnya seperti apa," kata Andy.
3. Mau diberikan harian, mingguan, atau bulanan
Setelah menghitung, orangtua kemudian membuat kesepakatan dengan si anak. Apakah uang jajan ini diberikan setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. Ajak anak berdiskusi soal ini, agar anak merasa dihargai dan merangsangnya untuk berpikir dan menyampaikan pendapat. Si anak diberikan kebebasan untuk memutuskan.
Misalnya anak SD masih diberikan uang jajan setiap hari. Tapi kalau sudah SMP, SMA, dan kuliah, saran Andy, lebih baik bulanan saja. "Hal ini bisa melatih si anak ketika nanti sudah bekerja dan mencari penghasilan sendiri, dia sudah belajar mengatur keuangan setiap bulan. Jadi gak kaget lagi nantinya," Andy mengimbau.
4. Bisa juga uang jajan diberikan lewat dompet digital
Zaman serba canggih, transaksi dengan uang tunai semakin susut. Generasi muda kini lebih mengandalkan dompet digital, seperti OVO, Gopay, DANA, dan aplikasi e-wallet lainnya untuk membeli makanan dan minuman. Lebih praktis.
Orangtua bisa memanfaatkan aplikasi dompet digital tersebut untuk pemberian uang jajan. Uang ditransfer ke rekening dompet digital anak. Kan lumayan tuh bisa dapat promo cashback, diskon, jadi lebih hemat. Butuh transportasi ke sekolah juga tinggal pesan ojek online. Bayarnya pakai dompet digital.
5. Terapkan reward dan punishment
Anda dapat menerapkan reward dan punishment kepada anak. Misalnya kalau peringkat bagus di sekolah atau puasa Ramadhan lancar, anak bisa memperoleh uang jajan tambahan. Dengan begitu, membuat anak semangat belajar.Tapi sebaliknya akan ada punishment jika peringkat jeblok, berbuat onar di sekolah, atau hal-hal merugikan lain. Seperti risiko tidak dapat uang jajan, hanya bawa bekal dari rumah.
Punishment semacam ini dapat memberi pelajaran kepada anak, bahwa dalam dunia kerja nantinya juga demikian. Yang berprestasi akan diberi penghargaan, dan yang malas akan mendapat hukuman atau sanksi.
1. Bawa bekal dari rumah, uang jajan ditabung
Orangtua dapat mengajarkan ke anak untuk membiasakan bawa bekal makan dari rumah. Sedangkan uang jajan yang diberikan bisa ditabung untuk membeli sesuatu yang diinginkan. Jadi menanamkan kebiasaan menabung sejak kecil, sehingga akan terbawa sampai nanti anak besar.2. Memberi pengertian jangan gunakan uang jajan buat sesuatu tidak penting
Kids zaman now kerap merengek minta kuota internet atau voucher game. Terkadang mereka juga rela tidak jajan, tapi uangnya bukan ditabung, malah dipakai beli kuota game. Bahkan main video game di warnet sampai berjam-jam.
Anda sebagai orangtua wajib mengingatkan, memberi pengertian kepada anak agar uang jajan jatah mereka jangan dihabiskan untuk sesuatu hal yang tidak berguna.
3. Mengajarkan anak hidup sederhana
Jika Anda orangtua yang tajir, bergelimang harta atau berkecukupan, ajarkan anak untuk hidup sederhana. Misalnya saja mengajarkan anak naik angkot ke sekolah, tidak menggunakan barang-barang mewah ke sekolah, dan sebagainya.
4. Sesekali kasih shock therapy
Namanya anak, sudah dikasih uang jajan sekian per bulan misalnya, kadang habis sebelum waktunya. Di pertengahan bulan, sudah merengek minta tambahan uang jajan. Dalam hal ini, orangtua tidak mesti keukeh dengan tega membiarkan anak sekolah tanpa uang jajan.
Mungkin bisa diberi shock therapy ke anak. Contohnya, begitu minta duit tambahan, Anda tidak memberikan uang dulu, cuma dibawakan bekal. Begitu hari berikutnya, baru dikasih uang jajan lagi. Kemudian bisa keluarkan gertakan kecil, "kalau habis lagi sebelum waktunya, gak ada uang tambahan lagi."
Belajar Mengatur Uang Butuh Waktu
Jangankan anak-anak, orang dewasa saja masih seringkali kesulitan mengatur keuangan. Untuk anak-anak, ini adalah suatu proses pembelajaran yang membutuhkan waktu. Mereka harus beradaptasi, berpikir menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran, serta menyisihkan uang jajan untuk tabungan demi mendapatkan barang impian.Tugas orangtua adalah mengajarkan, membimbing, mengarahkan, dan memberikan pengertian kepada anak bahwa mengatur keuangan, termasuk uang jajan sangat penting. Hal ini bisa menjadi bekal untuk memasuki kehidupan kerja dan berumah tangga ke depan.
Post A Comment:
0 comments: