Sebelum Nyemplung ke Bisnis e-Commerce, Pengusaha Wajib Tahu Soal Ini - Seiring perkembangan teknologi, bisnis perdagangan elektronik atau e-commerce terus menggeliat. Belanja online kini menjadi tren masyarakat, terutama kalangan anak muda. Praktis, tinggal pesan dari smartphone di situs marketplace, bayar, pesanan langsung diantar.
Lihat saja fenomena saat ini. Toko konvensional sepi, sedangkan toko online ramai. Pedagang mulai beralih dari offline ke online, begitupun pembelinya. Lewat platform atau situs marketplace, pengusaha dapat mulai membuka toko online. Bisnis ini diprediksi masih sangat menjanjikan ke depannya.
Situs-situs e-commerce yang bertebaran bukan saja menawarkan berbagai harga dan promo menarik, tapi juga kemudahan dalam pemesanan maupun pembayaran. Seluruh aktivitas belanja online dapat dilakukan hanya dalam satu genggaman. Tak heran, transaksi dari bisnis e-commerce sangat menggiurkan.
Bila Anda ingin terjun ke bisnis e-commerce, menciptakan platform bisnis online, ada baiknya pahami dulu bentuk-bentuk dari bisnis tersebut. Dengan begitu, Anda dapat mengetahui cara kerjanya, dan memilih bentuk e-commerce yang pas dengan passion Anda
Media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube saat ini menjadi senjata ampuh untuk berdagang. Penjualan dengan metode seperti ini bisa langsung tepat sasaran guna menarik transaksi sebanyak-banyaknya.
Memanfaatkan media sosial sebagai lapak berjualan adalah pilihan tepat, karena tidak membutuhkan modal besar, namun dapat memperoleh hasil maksimal. Apalagi sekarang via Instagram dan YouTube, peminatnya sangat besar. Asal punya followers dan subscriber banyak, jualan jadi lebih gampang.
Bentuk paling simpel dari bisnis e-commerce adalah daftar iklan baris atau classfields. Jadi modelnya bisnis Anda hanya sebagai perantara antara penjual dan pembeli, sehingga tidak terlibat dalam kegiatan transaksi. Bisnis Anda mengantongi pendapatan usaha dari fee atau biaya pasang iklan yang disetor penjual barang atau jasa.
Penjual tersebut, sebelum membuka lapak harus melalui proses yang selektif dan ketat. Salah satu yang menjadi syarat proses verifikasi pun adalah besaran komisi yang akan diterima pemilik shopping mall. Contoh marketplace atau e-commerce yang menganut konsep ini, yaitu Blibli.
Baca Juga: Harbolnas, Pesta Belanja Online yang Digandrungi Pemburu Diskon
Agar proses transaksi penjual dan pembeli berlangsung lancar, biasanya digunakan layanan rekening bersama atau pihak ketiga. Contohnya Tokopedia yang menerapkan konsep tersebut. E-commerce tersebut mendapat untung dari promosi iklan maupun datang dari komisi proses transaksi pembayaran menggunakan jasa pihak ketiga.
Meski membutuhkan modal serta sumber daya yang tidak sedikit, e-commerce jenis ini adalah yang paling banyak berkembang di Indonesia. Agar bisa menggeluti e-commerce konsep tersebut, Anda perlu menciptakan atau membeli dan mengelola website, memeriksa ketersediaan stok barang yang dijual, hingga proses transaksinya. Kalau mau tahu contohnya e-commerce yang menerapkan konsep B2C, yaitu Lazada dan Bhinneka.
Jangan khawatir, modal usaha cepat dapat diperoleh dengan mengajukan Kredit Tanpa Agunan (KTA) maupun pinjaman dengan menjaminkan agunan alias Kredit Multiguna (KMG), baik langsung lewat bank atau marketplace produk keuangan, seperti Cermati.com.
Pilih produk KTA atau KMG yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Anda. Termasuk melihat jumlah pinjaman, tenor, bunga, serta cicilan per bulan, dan biaya lainnya.
Lihat saja fenomena saat ini. Toko konvensional sepi, sedangkan toko online ramai. Pedagang mulai beralih dari offline ke online, begitupun pembelinya. Lewat platform atau situs marketplace, pengusaha dapat mulai membuka toko online. Bisnis ini diprediksi masih sangat menjanjikan ke depannya.
Situs-situs e-commerce yang bertebaran bukan saja menawarkan berbagai harga dan promo menarik, tapi juga kemudahan dalam pemesanan maupun pembayaran. Seluruh aktivitas belanja online dapat dilakukan hanya dalam satu genggaman. Tak heran, transaksi dari bisnis e-commerce sangat menggiurkan.
Bila Anda ingin terjun ke bisnis e-commerce, menciptakan platform bisnis online, ada baiknya pahami dulu bentuk-bentuk dari bisnis tersebut. Dengan begitu, Anda dapat mengetahui cara kerjanya, dan memilih bentuk e-commerce yang pas dengan passion Anda
1. Dengan Media Sosial
Media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube saat ini menjadi senjata ampuh untuk berdagang. Penjualan dengan metode seperti ini bisa langsung tepat sasaran guna menarik transaksi sebanyak-banyaknya.
Memanfaatkan media sosial sebagai lapak berjualan adalah pilihan tepat, karena tidak membutuhkan modal besar, namun dapat memperoleh hasil maksimal. Apalagi sekarang via Instagram dan YouTube, peminatnya sangat besar. Asal punya followers dan subscriber banyak, jualan jadi lebih gampang.
2. Iklan Baris
Bentuk paling simpel dari bisnis e-commerce adalah daftar iklan baris atau classfields. Jadi modelnya bisnis Anda hanya sebagai perantara antara penjual dan pembeli, sehingga tidak terlibat dalam kegiatan transaksi. Bisnis Anda mengantongi pendapatan usaha dari fee atau biaya pasang iklan yang disetor penjual barang atau jasa.
3. Konsep Belanja di Mal (Shopping Mall)
Bentuk bisnis e-commerce selanjutnya yakni, shopping mall. Konsep berjualan seperti layaknya jadi tenant di mal. Bedanya ini mal online, di sebuah situs marketplace. Akan tetapi, pemilik lapak di e-commerce adalah pedagang besar alias pengusaha merek ternama.Penjual tersebut, sebelum membuka lapak harus melalui proses yang selektif dan ketat. Salah satu yang menjadi syarat proses verifikasi pun adalah besaran komisi yang akan diterima pemilik shopping mall. Contoh marketplace atau e-commerce yang menganut konsep ini, yaitu Blibli.
Baca Juga: Harbolnas, Pesta Belanja Online yang Digandrungi Pemburu Diskon
4. C2C (Customer to Customer)
Marketplace C2C mirip iklan baris. Perbedaannya terletak pada layanan pembayaran kepada pembeli yang diberikan pengusaha atau pemilik. Jadi produk dikirimkan oleh penjual ke pembeli setelah melakukan transfer pembayaran.Agar proses transaksi penjual dan pembeli berlangsung lancar, biasanya digunakan layanan rekening bersama atau pihak ketiga. Contohnya Tokopedia yang menerapkan konsep tersebut. E-commerce tersebut mendapat untung dari promosi iklan maupun datang dari komisi proses transaksi pembayaran menggunakan jasa pihak ketiga.
5. Online Shop B2C (Business to Customer)
Pemilik bisnis memasarkan dan menjual produk milik mereka sendiri. Layaknya pemilik toko konvensional pada umumnya, pemilik toko online B2C bisa mengatur penjualan serta menerima keuntungan secara penuh.Meski membutuhkan modal serta sumber daya yang tidak sedikit, e-commerce jenis ini adalah yang paling banyak berkembang di Indonesia. Agar bisa menggeluti e-commerce konsep tersebut, Anda perlu menciptakan atau membeli dan mengelola website, memeriksa ketersediaan stok barang yang dijual, hingga proses transaksinya. Kalau mau tahu contohnya e-commerce yang menerapkan konsep B2C, yaitu Lazada dan Bhinneka.
KTA dan KMG, Pinjaman Modal Usaha yang Tepat bagi Pengusaha
Saat ini, bisa dibilang momen tepat untuk memulai bisnis e-commerce. Setelah memutuskan model bisnis e-commerce yang akan dijalani, langkah selanjutnya adalah memeriksa modal. Apakah modal usaha Anda sudah tersedia penuh atau masih kurang? Atau bahkan masih nihil?Jangan khawatir, modal usaha cepat dapat diperoleh dengan mengajukan Kredit Tanpa Agunan (KTA) maupun pinjaman dengan menjaminkan agunan alias Kredit Multiguna (KMG), baik langsung lewat bank atau marketplace produk keuangan, seperti Cermati.com.
Pilih produk KTA atau KMG yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Anda. Termasuk melihat jumlah pinjaman, tenor, bunga, serta cicilan per bulan, dan biaya lainnya.
Post A Comment:
0 comments: