Utang Lama Belum Lunas, Sudah Nambah Utang Baru. Boleh Gak Ya? - Suryadi, seorang security bergaji Rp4 juta per bulan terpaksa bekerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Bukan cuma biar dapur tetap ngepul, tapi juga demi mencicil tumpukan utang tiap bulan.
Usut punya usut, tagihan utang yang datang saban bulan bukan hanya satu. Namun sampai empat tagihan, yakni cicilan kredit motor, televisi, kulkas, dan kredit handphone. Sekalinya datang, brek.. seketika gaji ludes. Numpang lewat saja.
Itu adalah konsekuensi yang harus ditanggung Suryadi karena berani mengambil lebih dari satu kredit dalam satu waktu. Dengan kata lain, utang satu belum kelar, sudah utang lagi.
Coba yuk simulasikan utang Suryadi. Cicilan motor Rp1 juta (tenor 24 bulan), cicilan tv Rp300 ribu (tenor 6 bulan), kulkas Rp250 ribu (tenor 6 bulan), dan cicilan handphone Rp330 ribu (tenor 6 bulan). Total keseluruhan tagihan kredit Suryadi sebesar Rp1,88 juta per bulan.
Jumlah tagihan utang Suryadi tersebut setara dengan rasio utang 47%. Artinya sudah melebihi porsi ideal utang 30% dari penghasilan sebulan. Kalau dihitung, ambang batas utang Suryadi yang sesuai dengan gajinya Rp4 juta adalah sebesar Rp1,2 juta.
Kondisi demikian tentu saja sangat mengganggu keuangan Suryadi. Pantas saja jika ia harus banting tulang lagi mencari penghasilan tambahan sebagai ojek online. Belum lagi buat bayar sewa kontrakan, makan dan ongkos transport sehari-hari, beli susu dan uang sekolah anak, serta lainnya.
Satu utang belum selesai, tapi sudah berutang lagi. Ini istilahnya gali lubang terus. Buat bayar utang ada atau tidak, belakangan. Yang penting perabot rumah tangga lengkap, bagus, baru pula. Gak kalah dari tetangga sebelah.
Tapi sudah terlanjur utang, mau bilang apa. Suka gak suka, utang harus tetap dibayar, dicicil, dan dilunasi. Tinggal sekarang mengatur keuangannya.
Menurut Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), Andy Nugroho, bila utang sudah melampui batas 30% dari penghasilan per bulan, maka langkah mengelola keuangan supaya gak morat marit, antara lain:
Menyisir kembali bujet belanja selama sebulan. Pangkas pengeluaran yang tidak terlalu penting atau masih bisa ditunda. Pertama kali yang perlu Anda lakukan adalah mengurangi belanja leisure (kesenangan).
“Kalau gaji harus digunakan untuk membayar utang lebih banyak, tekan bujet senang-senang, seperti traveling, hang out, nonton film di bioskop,” saran Andy saat dihubungi Cermati.com, baru-baru ini.
Cara lain untuk menghemat pengeluaran, yaitu masak dan bawa bekal makan siang ke kantor. Lebih irit dibandingkan beli di warung makan. Apalagi buat yang punya hobi jajan di restoran tiap makan siang. Kalau Anda masak nasi dan lauk pauk di rumah, bisa untuk tiga kali makan sehari.
Jika Anda sudah me-review keuangan dan tidak ada lagi pengeluaran yang bisa ditekan bujetnya, Anda harus bekerja sampingan, mencari penghasilan tambahan. Tentu saja untuk dapat membayar tagihan kredit dan memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Tanpa ada uang tambahan, Anda akan terseok-seok. Jika masalah likuiditas terganggu, ujung-ujungnya Anda gali lubang baru, untuk menutup lubang lama.
Berutang bukannya tidak boleh. Tapi Anda harus mampu mengukur kemampuan finansial. Jangan mentang-mentang ada promo kartu kredit cicilan 0% atau DP ringan, langsung tergiur. Tanpa sadar, Anda sudah menumpuk utang. Pas ngecek keuangan, besar pasak daripada tiang.
Andy menyarankan, bagi Anda yang sudah punya kewajiban utang, kemudian hendak berutang lagi, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini:
Andy bilang, kalau utang lama belum kelar, tapi mau ambil utang baru sebaiknya sebelum itu, hitung dulu persentase utang yang harus Anda bayar sampai saat ini. Ingat, batas aman utang maksimal 30% dari penghasilan per bulan. Lebih dari porsi tersebut, khawatir Anda terlalu konsumtif, dan gaji akan habis cuma buat bayar cicilan utang saja. Sementara kebutuhan utama terbengkalai.
“Misal Anda punya kewajiban dan mau nambah utang lagi, pastikan dulu jumlah total cicilan utang lama dan utang baru tidak lebih dari 30% dari penghasilan. Jika sudah lebih dari angka tersebut, dan kebutuhannya (mengambil utang baru untuk membeli sesuatu) bisa ditunda dan tidak urgent, sebaiknya tidak perlu berutang dulu,” ia menjelaskan.
Selanjutnya diakui Andy, harus mampu menakar apakah barang yang ingin Anda beli dengan utang itu penting atau tidak. Apalagi karena hanya ikut-ikutan, mau dibilang keren, atau gengsi semata. Jatuhnya Anda konsumtif. Menggunakan utang untuk sesuatu yang bukan produktif.
“Lihat sebenarnya penting atau perlunya barang itu dimiliki. Kalau ngutangnya cuma bersifat luxurious, kesenangan pribadi, gak urgent, itu jadi masalah. Berarti Anda konsumtif. Sebaiknya gak perlu utang,” pungkasnya.
Usut punya usut, tagihan utang yang datang saban bulan bukan hanya satu. Namun sampai empat tagihan, yakni cicilan kredit motor, televisi, kulkas, dan kredit handphone. Sekalinya datang, brek.. seketika gaji ludes. Numpang lewat saja.
Itu adalah konsekuensi yang harus ditanggung Suryadi karena berani mengambil lebih dari satu kredit dalam satu waktu. Dengan kata lain, utang satu belum kelar, sudah utang lagi.
Coba yuk simulasikan utang Suryadi. Cicilan motor Rp1 juta (tenor 24 bulan), cicilan tv Rp300 ribu (tenor 6 bulan), kulkas Rp250 ribu (tenor 6 bulan), dan cicilan handphone Rp330 ribu (tenor 6 bulan). Total keseluruhan tagihan kredit Suryadi sebesar Rp1,88 juta per bulan.
Jumlah tagihan utang Suryadi tersebut setara dengan rasio utang 47%. Artinya sudah melebihi porsi ideal utang 30% dari penghasilan sebulan. Kalau dihitung, ambang batas utang Suryadi yang sesuai dengan gajinya Rp4 juta adalah sebesar Rp1,2 juta.
Kondisi demikian tentu saja sangat mengganggu keuangan Suryadi. Pantas saja jika ia harus banting tulang lagi mencari penghasilan tambahan sebagai ojek online. Belum lagi buat bayar sewa kontrakan, makan dan ongkos transport sehari-hari, beli susu dan uang sekolah anak, serta lainnya.
Sudah Terlanjur Punya Banyak Utang, Solusinya?
Satu utang belum selesai, tapi sudah berutang lagi. Ini istilahnya gali lubang terus. Buat bayar utang ada atau tidak, belakangan. Yang penting perabot rumah tangga lengkap, bagus, baru pula. Gak kalah dari tetangga sebelah.
Tapi sudah terlanjur utang, mau bilang apa. Suka gak suka, utang harus tetap dibayar, dicicil, dan dilunasi. Tinggal sekarang mengatur keuangannya.
Menurut Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), Andy Nugroho, bila utang sudah melampui batas 30% dari penghasilan per bulan, maka langkah mengelola keuangan supaya gak morat marit, antara lain:
1. Pangkas pengeluaran jalan-jalan
Menyisir kembali bujet belanja selama sebulan. Pangkas pengeluaran yang tidak terlalu penting atau masih bisa ditunda. Pertama kali yang perlu Anda lakukan adalah mengurangi belanja leisure (kesenangan).
“Kalau gaji harus digunakan untuk membayar utang lebih banyak, tekan bujet senang-senang, seperti traveling, hang out, nonton film di bioskop,” saran Andy saat dihubungi Cermati.com, baru-baru ini.
2. Bawa bekal makan siang
Cara lain untuk menghemat pengeluaran, yaitu masak dan bawa bekal makan siang ke kantor. Lebih irit dibandingkan beli di warung makan. Apalagi buat yang punya hobi jajan di restoran tiap makan siang. Kalau Anda masak nasi dan lauk pauk di rumah, bisa untuk tiga kali makan sehari.
3. Cari penghasilan tambahan
Jika Anda sudah me-review keuangan dan tidak ada lagi pengeluaran yang bisa ditekan bujetnya, Anda harus bekerja sampingan, mencari penghasilan tambahan. Tentu saja untuk dapat membayar tagihan kredit dan memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Tanpa ada uang tambahan, Anda akan terseok-seok. Jika masalah likuiditas terganggu, ujung-ujungnya Anda gali lubang baru, untuk menutup lubang lama.
Gali Lubang Terus, Bijakkah?
Berutang bukannya tidak boleh. Tapi Anda harus mampu mengukur kemampuan finansial. Jangan mentang-mentang ada promo kartu kredit cicilan 0% atau DP ringan, langsung tergiur. Tanpa sadar, Anda sudah menumpuk utang. Pas ngecek keuangan, besar pasak daripada tiang.
Andy menyarankan, bagi Anda yang sudah punya kewajiban utang, kemudian hendak berutang lagi, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini:
1. Periksa rasio utang
Andy bilang, kalau utang lama belum kelar, tapi mau ambil utang baru sebaiknya sebelum itu, hitung dulu persentase utang yang harus Anda bayar sampai saat ini. Ingat, batas aman utang maksimal 30% dari penghasilan per bulan. Lebih dari porsi tersebut, khawatir Anda terlalu konsumtif, dan gaji akan habis cuma buat bayar cicilan utang saja. Sementara kebutuhan utama terbengkalai.
“Misal Anda punya kewajiban dan mau nambah utang lagi, pastikan dulu jumlah total cicilan utang lama dan utang baru tidak lebih dari 30% dari penghasilan. Jika sudah lebih dari angka tersebut, dan kebutuhannya (mengambil utang baru untuk membeli sesuatu) bisa ditunda dan tidak urgent, sebaiknya tidak perlu berutang dulu,” ia menjelaskan.
2. Pikirkan lagi penting gak berutang untuk beli sebuah barang
Selanjutnya diakui Andy, harus mampu menakar apakah barang yang ingin Anda beli dengan utang itu penting atau tidak. Apalagi karena hanya ikut-ikutan, mau dibilang keren, atau gengsi semata. Jatuhnya Anda konsumtif. Menggunakan utang untuk sesuatu yang bukan produktif.
“Lihat sebenarnya penting atau perlunya barang itu dimiliki. Kalau ngutangnya cuma bersifat luxurious, kesenangan pribadi, gak urgent, itu jadi masalah. Berarti Anda konsumtif. Sebaiknya gak perlu utang,” pungkasnya.
Post A Comment:
0 comments: